Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Catatan Dosa {1} Memohon Ampunan-Mu

Tajamnya malam menerkam bulan secercah harapan pengampunan Menapak terangnya langit semesta Rasa diri berdosa, tak kuat pun berkata "Ada" Lalu bait-bait rindu tenggelam sirna Menghimpun kecemburuan pada pada hamba sahaya Yang taat pada tuannya Ingin kuleburkan dosa yang berkecipak dalam dada Beristighfar mohon ampunan Mendenyutkan kalbu, hingga ku tak mampu Berpijak di atas bumi-Mu Sepersekian detik, pikir hujan turun Nyatanya diri ini tak tahan, kesedihan menyerbu... Kerinduan ini, ingin kuteguk dengan keikhlasan jiwaku Demi menggapai setetes cinta Kasih-Mu

Aku Menjauh

Gambar
By. Wulan N S Aku menjauh... pada hal yang tak kutahu aksaraku makin rapuh merangkai satu bait pun aku tak mampu kusadari puisi bukanlah hidupku hanya membuang waktu tanpa lagi harus menunggu   Aku akan menjauh... pada harapan yang tak lagi utuh dari pahitnya pena yang lumpuh berlari tanpa ragu menjemput asa yang mungkin baru (Muara Jawa, 07 Mei 2020) @Rumahtanpacahaya

Bukan Sekedar Goresan Kata

Puisi Dunia dalam kata Tentang pikir rasa tanpa arah dan makna Penyair yang tahu sebenarnya Pun begitu,  Tanya kita, mengapa harus ada? Karena keindahan aksara Tak boleh terbuang percuma goresan pena, goresan kata bukan hanya karya sastra semata Dalam barisnya Tertuang banyak kisah wujud dari ketidakberdayaan diri dalam berkata Jum'at, 11/01/19

Sajak Sang Pemimpi

Gambar
Sajak Sang Pemimpi Oleh Wulan Nur Safitri Kutulis sajak ini  dengan gelora semangat diri mengejar mimpi yang pasti walau malam sepi menyelimuti Sajak ini jadi saksi tau-tau kelak diriku  tak bangkit lagi di saat aku gagal sekali pun berkali-kali? Maka itu kugores bait ketiga  sajak ini tunjukkan kerja keras pasti berbuih  asal terus bangkit jangan terhenti tuk benahi diri Perbaiki akhlak budi pekerti j angan lupa pada Ilahi sang pemilik kehidupan  sekarang pun yang akan datang nanti.

Mengapa lagi?

Mengapa Lagi Oleh Y.E. Tatenggkeng Mengapa lagi Setiap pagi, Aku bangun dengan pengharapan, Sedang di hati hilang ketetapan?         Mengapa lagi         Setiap pagi, Aku berharap datangnya suka, Sedang di hati memendam duka?         Mengapa lagi         Setiap pagi, Kutunjuk muka yang riang manis, Sedang di hati mengalir tangis         Mengapa lagi         Setiap pagi, Kusempat gelak, kudapat nyanyi, Sedang di hati lengang dan sunyi?                              (dari: Rindu Dendam , hlm. 27)